Title: To You
Cast:
Yoo Chang Hyun as Ricky [Teen
Top]
Kim Narae as Narae [OC]
Support cast:
Yoon Ji Min as Ricky’s Mother
Yoo Jae Suk as Ricky’s Father
Other Teen Top Member
Other cast will be revealed as
the story goes on
Length: Chaptered
Genre: Romance, absurd (?)
Rating: PG 15
Cuap-cuap author:
Abis liat muka Ricky yg
unyu-unyu membahana(?) ini, jadi gatel pengen nulis fanfic tentang dia.
***
“Ricky-yah, sore ini kau akan Eomma kenalkan dengan seseorang yang spesial. Jangan terlambat pulang ke rumah ya. Kalau kau terlambat satu detik saja, mobil Ferrari-mu yang baru akan Eomma jadikan kandang sapi!!!”
Ricky bergidik begitu teringat ancaman yang dilontarkan
ibunya sesaat sebelum ia berangkat sekolah.
Bulu kuduk di lehernya berdiri semua, membuat Ricky harus
menggosok-gosok tengkuknya. Changjo yang sedang berkonsentrasi menyelesaikan
soal LKS di sebelah Ricky menatap Ricky dengan alis berkerut.
“Ricky-yah, kau kenapa? Kebelet pipis?”
Kali ini giliran Ricky yang menatap Changjo heran.
Pertanyaan Changjo spontan membuat Ricky melongo.
“Memangnya kelihatan seperti
ingin pipis ya?”
“Tidak juga. Aku hanya asal tebak.” Jawab Changjo seadanya
dan kembali berkutat dengan soal LKS. Ricky mencibir ke arah Changjo.
“Kau itu sebenarnya temanku atau bukan sih? Kalau aku sedang
resah seperti ini, harusnya kau bertanya lebih lanjut!”
Changjo menyerah. Ia akhirnya menutup LKS dan fokus pada
Ricky yang cemberut dengan bibir dimonyongkan.
“Ya.. ya... memangnya
apa yang membuat seorang Ricky yang imut dan tampan menjadi gelisah seperti
orang yang kebelet pipis, huh?”
“Kau tahu, Eomma mengancam akan menjadikan Ferrari-ku yang
baru menjadi kandang sapi.”
“MWOOO?!?” Changjo berteriak, kemudian membekap mulutnya
sendiri begitu perhatian seisi kelas tertuju pada mereka berdua. Untung saja
kelas saat itu tidak terlalu penuh karena sebagian anak-anak sedang istirahat.
“Ricky-yah, memangnya apa yang sudah kau lakukan, huh? Apa
kau mengencingi tanaman kesayangan ibumu atau kau melubangi baju barunya dengan
pelubang kertas?” cecar Changjo panik. Ricky menggaruk tengkuknya yang sama
sekali tidak gatal.
“Hari ini Eomma bilang akan mengenalkanku dengan seseorang
yang spesial dan kalau aku terlambat pulang ke rumah satu detik saja, maka
ancamannya itu akan menjadi nyata.” Jawab Ricky dengan suara yang lemah.
“Seseorang yang spesial?”
“Ne...”
Changjo mengetuk-ngetuk dagunya dengan pensil. “Hmm.. kalau
mendengar ancaman ibumu, sepertinya kau akan dikenalkan dengan...”
Changjo memejamkan mata setelah menggantung kata-katanya.
Ricky menunggu dengan harap-harap cemas kata-kata Changjo selanjutnya, tapi selang
beberapa detik kemudian Changjo tertelungkup di atas meja.
“Astaga anak ini malah tidur!” omel Ricky. Ia kemudian
mengambil LKS Changjo lalu memukulkannya beberapa kali ke kepala Changjo.
“Changjo-yah! Bangun! Ini masih jam sekolah! Dilarang
tidur!”
Ricky masih terus memukuli Changjo, tapi Changjo sama sekali
tidak bergeming.
“Sejak kapan Changjo serius mengejakan LKS sampai ketiduran
seperti ini sih?”
Ricky akhirnya
menyerah dan melempar LKS Changjo ke atas meja. Saat LKS itu dalam keadaan
sedikit terbuka, Ricky melihat sesuatu yang menarik perhatiannya. Ricky pun
mengambil kembali LKS Changjo dan memperhatikannya dengan seksama.
“Kim Narae seonsaengnim?”
Ricky mengerutkan alis begitu membaca tulisan yang ditulis Changjo besar-besar
di bagian atas pertanyaan LKS. Ia menatap LKS dan Changjo yang sedang tertidur
pulas bergantian.
“Di sekolah ini tidak ada guru yang bernama Kim Narae, kan?”
gumam Ricky. “Lalu ini guru yang mana?”
***
“Aku pulang.”
Ricky melepas sepatunya dan mengganti dengan sandal rumah.
Ibunya menunggu di ruang tengah dengan senyum sumringah, yang dianggap Ricky
lebih mirip sebagai seringaian.
“Aku tidak terlambat kan?” tanya Ricky yang mengambil tempat
duduk di sebelah ibunya.
“Tidak, kau tepat waktu.” Jawab Yoon Ji Min, ibunya Ricky,
sambil mengusap lembut rambut Ricky. “Ayo, kita temui orang itu di taman
belakang.”
“Sekarang?” mata Ricky membulat.
“Iya, sekarang. Kapan lagi?”
“Eomma, bolehkah aku makan siang dulu? Aku sangat lapar.”
Rengek Ricky sambil mengusap perutnya.
“Kita akan makan siang dengan orang itu. Ayo, orang itu
sudah menunggu!”
“Eomma...”
“Tidak ada bantahan! Atau Ferrari-mu akan kujadikan kandang
kambing!” Potong Ji Min cepat. Ia lalu menarik Ricky yang diikuti Ricky dengan
langkah malas.
“Ancaman Eomma tidak berbobot!” Ricky menggerutu, tapi
sayangnya terdengar oleh Ji Min. Ji Min menghentikan langkahnya dan menatap
Ricky tajam.
“Tidak berbobot? Kau lupa ya, kalau Eomma pernah menjadikan
mobil Audi yang dibelikan Appa-mu tahun lalu sebagai kandang ayam karena kau
pulang jam 1 malam?”
Ricky susah payah menelan ludahnya. Ia benar-benar tidak
bisa melupakan kejadian bersejarah di dalam hidupnya itu. Mobil Audi berwarna
hitam keluaran terbaru itu dijadikan ibunya sebagai kandang puluhan ayam yang
entahlah itu ayam siapa karena seingat Ricky di rumahnya tidak ada yang
memelihara ayam.
“N.. ne.. tentu saja aku ingat. Tapi Eomma tidak mungkin
membawa kambing atau sapi kan? Itu lebih berat dari ayam.”
“Kenapa tidak mungkin? Mungkin saja!”
Mulut Ricky menganga
lebar. Ia benar-benar tidak menyangka ibunya sangat serius. Dalam hati ia
bertanya-tanya, siapa sebenarnya yang akan dikenalkan oleh ibunya ini,
sampai-sampai ancamannya begitu mengerikan.
Sesampainya di taman belakang, Ji Min menghentikan langkah.
Ricky melihat seorang gadis yang berdiri membelakangi mereka berdua. Dari
belakang, ia tampak seumuran dengan Ricky dengan stelan celana jeans, kemeja,
dan sepatu kets.
“Maaf sudah lama menunggu.” Sapa Ji Min. Gadis itu sontak
berbalik begitu mendengar suara Ji Min.
“Ah.. ne. Sama sekali tidak lama kok. Waktu menunggu tidak
terasa karena ternyata kebun milik anda indah sekali, Nyonya.” Gadis itu
tersenyum ke arah Ji Min yang dibalas Ji Min dengan balik tersenyum, tapi tidak
dengan Ricky. Ricky menatap gadis itu dengan memicingkan mata, memperhatikannya
dengan seksama.
“Terima kasih telah memuji kebunku. Oh iya, kenalkan, ini
Ricky, anakku yang akan kukenalkan padamu.”
Gadis itu kemudian mengalihkan pandangannya ke arah Ricky. Ia
sebenarnya masih ingin tersenyum, tapi melihat Ricky yang terus-menerus
memicingkan mata membuatnya merasa tidak enak. Gadis itu lalu membungkuk dalam
ke arah Ricky.
“Annyeonghaseyo.”
“Anyyeonghaseyo.” Ricky balas membungkuk. “Eomma, dia
siapa?”
“Baiklah, Eomma akan memperkenalkan dia secara resmi padamu.
Kenalkan, namanya Kim Narae.”
Ricky spontan membelalakkan mata. “Mwo? Siapa? Kim Narae?”
Ji Min menatap Ricky, kemudian menatap Narae. “Kalian sudah
saling kenal?”
Ricky dan Narae saling melempar tatapan tanpa menghiraukan pertanyaan
Ji Min. Sebuah nama yang Ricky temukan
di buku milik Changjo tadi diang sama persis dengan nama orang yang dikenalkan
oleh ibunya ini.
Kim Narae.
“Aniyo... aku belum pernah – “
“Eomma, bolehkah aku bicara dengannya berdua saja?” Potong
Ricky yang kontan membuat Ji Min dan
Narae tercengang. Ji Min melirik Narae,
lalu kemudian tersenyum ke arah Ricky.
“Silakan. Tapi awas ya kalau kau berbuat yang aneh-aneh!
Mobilmu akan kujadikan – “
“Ne, Eomma. Kandang
sapi.” Ricky memotong ucapan ibunya dengan mendesah berlebihan. “Kim Narae-ssi,
ikut aku.”
Narae membungkuk ke arah Ji Min, lalu mengikuti Ricky dengan
wajah yang diliputi kebingungan. Melihat kepergian anaknya dan Narae, Ji Min
terkekeh pelan.
“Aku tidak menyangka kalau ternyata Ricky seagresif itu.
Dasar anak muda zaman sekarang.”
***
Narae menyesap kopinya yang mulai menghangat. Kopi itu tadinya
sangat panas, tapi karena cuacanya
dingin kopi itu menjadi hangat. Di depannya ada Ricky yang terus-terusan
menatapnya dengan tatapan penuh selidik.
“Ricky-ssi, kalau ada yang ingin kau tanyakan, tanyakan
saja.” ucap Narae yang mencoba santai meskipun dalam hatinya ia sangat tidak
nyaman ditatap seperti itu oleh Ricky. Ricky berdeham sambil membetulkan posisi
duduknya, bersiap untuk melontarkan pertanyaan.
“Apakah Kim Narae-ssi... mengenal Changjo?”
Narae meletakkan kopinya di atas meja sembari tersenyum. “Kau
satu sekolah dengan Changjo?”
“Bukan hanya satu sekolah. Kami juga satu kelas.”
“Oh, begitu.” Narae menganggukkan kepala, kemudian menyesap
kopinya lagi. Baru saja gelas itu akan menyentuh bibir Narae, Ricky keburu mengambil
kopinya.
“Kim Narae-ssi, kau belum menjawab pertanyaanku!”
Seluruh perhatian pengunjung cafe tertuju ke arah mereka
karena mendengar bentakan Ricky. Seorang pria dari balik meja kasir bahkan akan
menghampiri mereka berdua, tapi Narae memberi isyarat dengan lirikan mata pada
penjaga kasir itu untuk tidak melakukan apa-apa.
“Ricky, kau tidak perlu membentakku seperti itu.”
“Kau hanya perlu mengatakan ya atau tidak, di mana sulitnya?”
Ricky bersikeras tanpa melepaskan tatapannya pada Narae.
“Ne, aku mengenal
Changjo.”
“Apa hubungan kalian?”
“Kenapa kau begitu ingin tahu?”
“Karena aku tidak pernah melihat Changjo mengerjakan LKS
sampai ketiduran seperti orang pingsan!”
“Sebaiknya kau tanya
sendiri dengan Changjo.” Narae tersenyum ke arah Ricky, kemudian mengambil kopinya
yang tadi diambil Ricky. Ia lalu beranjak dari tempat duduknya untuk pergi
meninggalkan Ricky tapi Ricky mencegat tangannya.
“Kau jangan ke mana-mana, aku akan menelepon Changjo!”
Dengan sebelah tangan memegang pergelangan tangan Narae,
Ricky menelepon Changjo. Tanpa mereka berdua sadari, ada yang mengabadikan
kejadian itu dengan kamera...
TO BE CONTINUE
Tidak ada komentar:
Posting Komentar