Kamis, 07 Maret 2013

To You - Part 1


Title:  To You
Cast:
Yoo Chang Hyun as Ricky [Teen Top]
Kim Narae as Narae [OC]
Support cast:
Yoon Ji Min as Ricky’s Mother
Yoo Jae Suk as Ricky’s Father
Other Teen Top Member
Other cast will be revealed as the story goes on
Length: Chaptered
Genre: Romance, absurd (?)
Rating: PG 15
Cuap-cuap author:
Abis liat muka Ricky yg unyu-unyu membahana(?) ini, jadi gatel pengen nulis fanfic tentang dia.
***


“Ricky-yah, sore ini kau akan Eomma kenalkan dengan seseorang yang spesial. Jangan terlambat pulang ke rumah ya. Kalau kau terlambat satu detik saja, mobil Ferrari-mu yang baru akan Eomma jadikan kandang sapi!!!”
Ricky bergidik begitu teringat ancaman yang dilontarkan ibunya sesaat sebelum ia berangkat sekolah.  Bulu kuduk di lehernya berdiri semua, membuat Ricky harus menggosok-gosok tengkuknya. Changjo yang sedang berkonsentrasi menyelesaikan soal LKS di sebelah Ricky menatap Ricky dengan alis berkerut.

“Ricky-yah, kau kenapa? Kebelet pipis?”

Kali ini giliran Ricky yang menatap Changjo heran. Pertanyaan Changjo spontan membuat Ricky melongo. 

“Memangnya kelihatan seperti ingin pipis ya?”

“Tidak juga. Aku hanya asal tebak.” Jawab Changjo seadanya dan kembali berkutat dengan soal LKS. Ricky mencibir ke arah Changjo.

“Kau itu sebenarnya temanku atau bukan sih? Kalau aku sedang resah seperti ini, harusnya kau bertanya lebih lanjut!”

Changjo menyerah. Ia akhirnya menutup LKS dan fokus pada Ricky yang cemberut dengan bibir dimonyongkan.

“Ya.. ya... memangnya apa yang membuat seorang Ricky yang imut dan tampan menjadi gelisah seperti orang yang kebelet pipis, huh?”

“Kau tahu, Eomma mengancam akan menjadikan Ferrari-ku yang baru menjadi kandang sapi.”

“MWOOO?!?” Changjo berteriak, kemudian membekap mulutnya sendiri begitu perhatian seisi kelas tertuju pada mereka berdua. Untung saja kelas saat itu tidak terlalu penuh karena sebagian anak-anak sedang istirahat.

“Ricky-yah, memangnya apa yang sudah kau lakukan, huh? Apa kau mengencingi tanaman kesayangan ibumu atau kau melubangi baju barunya dengan pelubang kertas?” cecar Changjo panik. Ricky menggaruk tengkuknya yang sama sekali tidak gatal.

“Hari ini Eomma bilang akan mengenalkanku dengan seseorang yang spesial dan kalau aku terlambat pulang ke rumah satu detik saja, maka ancamannya itu akan menjadi nyata.” Jawab Ricky dengan suara yang lemah.

“Seseorang yang spesial?”

“Ne...”

Changjo mengetuk-ngetuk dagunya dengan pensil. “Hmm.. kalau mendengar ancaman ibumu, sepertinya kau akan dikenalkan dengan...”

Changjo memejamkan mata setelah menggantung kata-katanya. Ricky menunggu dengan harap-harap cemas kata-kata Changjo selanjutnya, tapi selang beberapa detik kemudian Changjo tertelungkup di atas meja.

“Astaga anak ini malah tidur!” omel Ricky. Ia kemudian mengambil LKS Changjo lalu memukulkannya beberapa kali ke kepala Changjo.

“Changjo-yah! Bangun! Ini masih jam sekolah! Dilarang tidur!”
Ricky masih terus memukuli Changjo, tapi Changjo sama sekali tidak bergeming.

“Sejak kapan Changjo serius mengejakan LKS sampai ketiduran seperti ini sih?”

Ricky akhirnya menyerah dan melempar LKS Changjo ke atas meja. Saat LKS itu dalam keadaan sedikit terbuka, Ricky melihat sesuatu yang menarik perhatiannya. Ricky pun mengambil kembali LKS Changjo dan memperhatikannya dengan seksama.

“Kim Narae seonsaengnim?” Ricky mengerutkan alis begitu membaca tulisan yang ditulis Changjo besar-besar di bagian atas pertanyaan LKS. Ia menatap LKS dan Changjo yang sedang tertidur pulas bergantian.

“Di sekolah ini tidak ada guru yang bernama Kim Narae, kan?” gumam Ricky. “Lalu ini guru yang mana?”
***
“Aku pulang.”

Ricky melepas sepatunya dan mengganti dengan sandal rumah. Ibunya menunggu di ruang tengah dengan senyum sumringah, yang dianggap Ricky lebih mirip sebagai seringaian.

“Aku tidak terlambat kan?” tanya Ricky yang mengambil tempat duduk di sebelah ibunya.

“Tidak, kau tepat waktu.” Jawab Yoon Ji Min, ibunya Ricky, sambil mengusap lembut rambut Ricky. “Ayo, kita temui orang itu di taman belakang.”

“Sekarang?” mata Ricky membulat.

“Iya, sekarang. Kapan lagi?”

“Eomma, bolehkah aku makan siang dulu? Aku sangat lapar.” Rengek Ricky sambil mengusap perutnya.

“Kita akan makan siang dengan orang itu. Ayo, orang itu sudah menunggu!”

“Eomma...”

“Tidak ada bantahan! Atau Ferrari-mu akan kujadikan kandang kambing!” Potong Ji Min cepat. Ia lalu menarik Ricky yang diikuti Ricky dengan langkah malas.

“Ancaman Eomma tidak berbobot!” Ricky menggerutu, tapi sayangnya terdengar oleh Ji Min. Ji Min menghentikan langkahnya dan menatap Ricky tajam.

“Tidak berbobot? Kau lupa ya, kalau Eomma pernah menjadikan mobil Audi yang dibelikan Appa-mu tahun lalu sebagai kandang ayam karena kau pulang jam 1 malam?”

Ricky susah payah menelan ludahnya. Ia benar-benar tidak bisa melupakan kejadian bersejarah di dalam hidupnya itu. Mobil Audi berwarna hitam keluaran terbaru itu dijadikan ibunya sebagai kandang puluhan ayam yang entahlah itu ayam siapa karena seingat Ricky di rumahnya tidak ada yang memelihara ayam.

“N.. ne.. tentu saja aku ingat. Tapi Eomma tidak mungkin membawa kambing atau sapi kan? Itu lebih berat dari ayam.”

“Kenapa tidak mungkin? Mungkin saja!”

Mulut Ricky menganga lebar. Ia benar-benar tidak menyangka ibunya sangat serius. Dalam hati ia bertanya-tanya, siapa sebenarnya yang akan dikenalkan oleh ibunya ini, sampai-sampai ancamannya begitu mengerikan.

Sesampainya di taman belakang, Ji Min menghentikan langkah. Ricky melihat seorang gadis yang berdiri membelakangi mereka berdua. Dari belakang, ia tampak seumuran dengan Ricky dengan stelan celana jeans, kemeja, dan sepatu kets.

“Maaf sudah lama menunggu.” Sapa Ji Min. Gadis itu sontak berbalik begitu mendengar suara Ji Min.

“Ah.. ne. Sama sekali tidak lama kok. Waktu menunggu tidak terasa karena ternyata kebun milik anda indah sekali, Nyonya.” Gadis itu tersenyum ke arah Ji Min yang dibalas Ji Min dengan balik tersenyum, tapi tidak dengan Ricky. Ricky menatap gadis itu dengan memicingkan mata, memperhatikannya dengan seksama.

“Terima kasih telah memuji kebunku. Oh iya, kenalkan, ini Ricky, anakku yang akan kukenalkan padamu.”
Gadis itu kemudian mengalihkan pandangannya ke arah Ricky. Ia sebenarnya masih ingin tersenyum, tapi melihat Ricky yang terus-menerus memicingkan mata membuatnya merasa tidak enak. Gadis itu lalu membungkuk dalam ke arah Ricky.

“Annyeonghaseyo.”

“Anyyeonghaseyo.” Ricky balas membungkuk. “Eomma, dia siapa?”

“Baiklah, Eomma akan memperkenalkan dia secara resmi padamu. Kenalkan, namanya Kim Narae.”

Ricky spontan membelalakkan mata. “Mwo? Siapa? Kim Narae?”

Ji Min menatap Ricky, kemudian menatap Narae. “Kalian sudah saling kenal?”

Ricky dan Narae saling melempar tatapan tanpa menghiraukan pertanyaan Ji Min. Sebuah nama yang  Ricky temukan di buku milik Changjo tadi diang sama persis dengan nama orang yang dikenalkan oleh ibunya ini.
Kim Narae.

“Aniyo... aku belum pernah – “

“Eomma, bolehkah aku bicara dengannya berdua saja?” Potong Ricky yang kontan membuat Ji Min dan 
Narae tercengang. Ji Min melirik Narae, lalu kemudian tersenyum ke arah Ricky.

“Silakan. Tapi awas ya kalau kau berbuat yang aneh-aneh! Mobilmu akan kujadikan – “

“Ne, Eomma. Kandang sapi.” Ricky memotong ucapan ibunya dengan mendesah berlebihan. “Kim Narae-ssi, ikut aku.”

Narae membungkuk ke arah Ji Min, lalu mengikuti Ricky dengan wajah yang diliputi kebingungan. Melihat kepergian anaknya dan Narae, Ji Min terkekeh pelan.

“Aku tidak menyangka kalau ternyata Ricky seagresif itu. Dasar anak muda zaman sekarang.”
***
Narae menyesap kopinya yang mulai menghangat. Kopi itu tadinya  sangat panas, tapi karena cuacanya dingin kopi itu menjadi hangat. Di depannya ada Ricky yang terus-terusan menatapnya dengan tatapan penuh selidik.

“Ricky-ssi, kalau ada yang ingin kau tanyakan, tanyakan saja.” ucap Narae yang mencoba santai meskipun dalam hatinya ia sangat tidak nyaman ditatap seperti itu oleh Ricky. Ricky berdeham sambil membetulkan posisi duduknya, bersiap untuk melontarkan pertanyaan.

“Apakah Kim Narae-ssi... mengenal Changjo?”

Narae meletakkan kopinya di atas meja sembari tersenyum. “Kau satu sekolah dengan Changjo?”

“Bukan hanya satu sekolah. Kami juga satu kelas.”

“Oh, begitu.” Narae menganggukkan kepala, kemudian menyesap kopinya lagi. Baru saja gelas itu akan menyentuh bibir Narae, Ricky keburu mengambil kopinya.

“Kim Narae-ssi, kau belum menjawab pertanyaanku!”
Seluruh perhatian pengunjung cafe tertuju ke arah mereka karena mendengar bentakan Ricky. Seorang pria dari balik meja kasir bahkan akan menghampiri mereka berdua, tapi Narae memberi isyarat dengan lirikan mata pada penjaga kasir itu untuk tidak melakukan apa-apa.

“Ricky, kau tidak perlu membentakku seperti itu.”

“Kau hanya perlu mengatakan ya atau tidak, di mana sulitnya?” Ricky bersikeras tanpa melepaskan tatapannya pada Narae.

Ne, aku mengenal Changjo.”

“Apa hubungan kalian?”

“Kenapa kau begitu ingin tahu?”

“Karena aku tidak pernah melihat Changjo mengerjakan LKS sampai ketiduran seperti orang pingsan!”

 “Sebaiknya kau tanya sendiri dengan Changjo.” Narae tersenyum ke arah Ricky, kemudian mengambil kopinya yang tadi diambil Ricky. Ia lalu beranjak dari tempat duduknya untuk pergi meninggalkan Ricky tapi Ricky mencegat tangannya.

“Kau jangan ke mana-mana, aku akan menelepon Changjo!”

Dengan sebelah tangan memegang pergelangan tangan Narae, Ricky menelepon Changjo. Tanpa mereka berdua sadari, ada yang mengabadikan kejadian itu dengan kamera...

TO BE CONTINUE





Tidak ada komentar:

Posting Komentar